9Redaksi - Ini pelajaran untuk kita semua, para wanita. Jangan sekali-kali mendekati zina, apalagi setelah berumah tangga.
Selingkuh, mungkin membawa sensasi berbeda. Ada degup-degup di dada. Ada getar-getar nikmat yang tak biasa. Namun itu semua hanya sesaat saja. Seiring waktu, kenikmatan memudar. Ketakutan mulai datang. Takut ketahuan, takut rahasia busuk itu tersebarkan. Jika masih ada iman, ketakutan lain akan menyergap lebih hebat. Takut dosa, takut nanti masuk ke neraka.
Dalam kesendirian, penyesalan itu akan datang. Resah dan gundah gulana akan menguasai jiwa, menebar rasa bersalah dan merampas kedamaian dari seluruh hari dan malam. Di satu sisi, nafsu syahwat akan kembali bergejolak. Sebab dosa tak akan diam. Maksiat tak akan mengubur diri. Dosa memanggil dosa-dosa lainnya. Maksiat mengundang maksiat-maksiat berikutnya. Bayang-bayang kenikmatan akan datang dan menggerakkan tangan mengambil alat komunikasi, lalu membuat janji. Menggerakkan kaki untuk melangkah menghampiri, menuju lokasi paling terkutuk di muka bumi.
Dosa dan kemaksiatan yang berulang akan semakin menutupi hati. Hitam kelam menjepit suara nurani. Resah, gundah, rasa bersalah, bercampur dengan keinginan mengulangi, hingga tiba puncak dosa dan tiba-tiba semua rahasia itu terbuka.
Kesadaran tiba-tiba kembali. Tetapi semua terlambat. Rasa malu, jatuhnya harga diri, hancurnya marwah wanita, hingga hukuman sosial yang tak pernah terbayangkan tiba-tiba datang bertubi-tubi.
Seperti itulah yang dialami oleh
Andi HI saat suaminya yang seorang haji memergokinya tidur berdua tanpa busana dengan pria lain. Pak Haji telah beberapa hari mencarinya ke sana ke mari, rupanya istrinya berkhianat sekhianat-khianatnya. Tentu sakit hati pak Haji, melihat istrinya bergumul dengan laki-laki lain. Ia tak bisa makan beberapa hari.
Wajar jika kemudian Pak Haji menceraikan wanita yang masih berusia 26 tahun itu. Diceraikan karena berzina adalah tamparan bagi Andi HI. Namun, hukuman sosial yang diterimanya tidak lebih ringan dari diceraikan.
Dicerai Pak Haji artinya HI kehilangan cinta dari suami dan kekayaan yang selama ini ia banggakan. Namun hukuman sosial yang diterimanya membuat ia kehilangan muka dan kehilangan segalanya. Ia yang dulunya laksana seorang model, lalu berjilbab sebagai pendamping Pak Haji, kini merasa tak punya harga diri. Kedamaian hidup pun sulit dimiliki setelah tercabik kelamnya zina.
Penyesalan selalu datang di belakang. Maka sepatutnya kisah ini menjadi pelajaran bagi setiap wanita muslimah. Di zaman Rasulullah, wanita yang berzina bertaubat dengan cara meminta rajam. Di zaman sekarang, jika tidak bersungguh-sungguh bertaubat, azab Allah di akhirat jauh lebih mengerikan dari segala hukuman.