Sekarang ini banyak suami yang menuntut istrinya untuk selalu dapat
memenuhi kebutuhan biologisnya. Dan tak jarang dari mereka yang
menyampaikan hadist yang menyatakan bahwa Allah SWT dan rasulullah akan
melaknat kepada istri yang menolak permintaan suaminya, memang hal
tersebut benar. Namun saat ini banyak suami yang sudah melupakan atau
melalaiakan meniru cara rasulullah dalam memperlakukan istri mereka, ini
merupakan poin penting yang akan menjadi pembahasan bahkan pertanya
para istri. Ini dia beberapa cara yang dilakukan oleh rasulullah dalam
nenperlakukan istrinya:
1. Dapat menenangkan perasaan seorang istri
Banyak suami masa kini yang tidak mengerti bagaimana cara menenangkan
hati seorang istri. Tidak sedikit suami yang melihat istri menangis akan
langsung emosi dan memarahinya, Bukan menenangkannya agar berhenti
menangis tapi malah menggertaknya. Namun rasulullah mempunyai cara yang
lembut dalam menenangkan hati istrinya tersebut.
Pada suatu hari, beliau mendatangi Shafiyah binti Huyay. Beliau
menemukan Shafiyah sedang menangis. Kepadanya beliau bertanya, “Apa yang
membuatmu menangis?” Shafiyah menjawab, “Hafshah berkata bahwa aku anak
orang Yahudi.”
Beliau berkata, “Katakan padanya, suamiku Muhammad, ayahku Hârûn, dan
pamanku Mûsâ!” (Baca antara lain Muhammad bin Ahmad al-Qurthubî, Tafsîr
al-Qurthubî, Kairo: Dâr al-Sya’b, cet. II, 1372 H, 16, hal. 326.)
Terlihat bagaimana Rasulullah menyelesaikan masalah dengan kata-kata
sederhana namun mengandung makna yang dalam. Rasakan juga efek psikis
istri yang dibela perasaannya, tentu membuat rasa kasih sayang kepada
suami semakin dalam. Coba tirulah cara baik itu terhadap istri anda.
2. Bermusyawarah sebelum mengambil keputusan bersama istri
Rasulullah yang mulia tidak pernah merasa keberatan mendengar serta
mengambil pendapat istrinya. Ini terlihat ketika beliau meminta pendapat
Ummu Salamah dalam perjanjian Hudaybiyah.Waktu itu ia menyuruhnya untuk
memotong rambut dan menyembelih kurban, namun mereka tidak mau untuk
melakukannya.
Melihat respon para sahabat tersebut, Baginda Nabi masuk ke tenda Ummu
Salamah. Begitu beliau menceritakan kepada Ummu Salamah apa yang beliau
terima dari para sahabat, Ummu Salamah langsung mengajukan pendapat yang
cerdas.
Ia berkata: “Keluarlah, ya Rasulullah, kemudian engkau bercukur lalu
potong hewan kurban!” Beliau pun keluar dari tenda, bercukur lalu
memotong kurban. Melihat hal itu, sontak para sahabat bangkit; mereka
serempak bercukur lalu memotong hewan kurban.
3. Sabar menuruti permintaan sang istri yang manja
Sekarang ini bisa dilihat banyak suami yang tidak sabaran dan langsung
emosi ketika istri sedang ingin bermanjaan dengan suami. Karena
perempuan akan merasa dicintai ketika saat dia ingin bermanjaan dengan
suami lalu dituruti oleh sang suami.
Rasulullah Saw. adalah seorang suami yang sangat meninggikan kedudukan
para istrinya dan amat menghormati mereka, sehingga Rasulullah selalu
sabar menuruti permintaan sang istri. ‘Â`isyah bercerita tentang hal
ini:
Sekelompok orang Habasyah masuk masjid dan bermain di dalamnya. Ketika
itu Rasulullah Saw. berkata kepadaku, “Wahai Humayrâ`, apakah kamu
senang melihat mereka?” Aku menjawab, “Ya.” Maka beliau berdiri di pintu
rumah.
Aku menghampirinya. Kuletakkan daguku di atas pundaknya dan kusandarkan
wajahku ke pipinya. Di antara ucapan mereka (orang-orang Habasyah) waktu
itu, ‘Abû al-Qâsim (Rasulullah) orang baik.’ Lalu Rasulullah berkata,
“Cukup.”
Aku berkata, “Ya Rasulullah, jangan tergesa-gesa.” Beliau pun berdiri
lagi untukku. Kemudian beliau berkata lagi, “Cukup.” Aku berkata,
“Jangan tergesa-gesa, ya Rasulullah.” Bukan melihat mereka bermain yang
aku suka, melainkan aku ingin para perempuan tahu kedudukan Rasulullah
bagiku dan kedudukanku dari beliau.” (Ahmad bin Syu’aib al-Nasâ`î, Sunan
al-Nasâ`î al-Kubrâ, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Imiyah, cet. I, 1991,
Jilid 5, hal. 307, hadits no. 8951)
4. Selalu siaga jika istri membutuhkan bantuan
Pada saat banyak suami yang enggan sekadar membantu istrinya karena
dianggap dapat menurunkan reputasi dan harga diri, Rasulullah Saw.
Justru tidak pernah terlambat membantu para istrinya. ‘Â`isyah pernah
ditanya tentang apa yang dilakukan Nabi Saw. di rumahnya? Ia menjawab,
“Beliau selalu melayani (membantu) istrinya.”
5. Tetap bersikap santun walau sedang marah
Pada saat sekarang ini banyak suami yang mulai ringan tangan terhadap
istri mereka dan terjadilah kekerasan dalam rumah tangga. pada saat sang
istri melakukan kesalahan tak jarang suami merasa emosi, kita mendapati
Sang Nabi tetap bijak, lembut, dan santun dalam memperlakukan para
istrinya saat terjadi silang-pendapat atau perselisihan antara beliau
dan mereka. Ketika kemarahan beliau agak tinggi, maka pergi menjauhi
istri untuk sementara waktu menjadi pilihannya. Tidak pernah beliau
menampar satu pun dari istrinya.
Bahkan ketika Rasulullah berniat mencerai salah satu istrinya, kita
mendapati beliau tetap santun, lembut dan penuh kasih. Sawdah binti
Zam’ah yang sudah tua, tidak cantik, dan berbadan gemuk, merasa bahwa
jatahnya dari hati Rasulullah hanya rasa kasihan, bukan cinta.
Rasulullah pun kemudian berpikir untuk menceraikan Sawdah secara
baik-baik guna membebaskannya dari keadaan yang dianggap membebaninya
dan memberatkan hatinya. Dengan sabar Rasulullah menunggu sikap dan
jawaban Sawdah atas niat beliau untuk menceraikannya.
Kesantunan, kesabaran dan keterkendalian diri Nabi saw. tetap
terpelihara, bahkan ketika ujian terberat menerpa dan mengguncang rumah
tangga beliau, saat terjadi apa yang disebut hâdits al-ifk (berita
dusta), yakni tuduhan yang menyudutkan istri Rasulullah melakukan
‘selingkuh’ (Aisyah dengan Shafwan)
Sikap Nabi kala itu sungguh merupakan teladan bagi setiap Muslim. Ketika
hâdits al-ifk ini tersebar, dengan kelembutannya yang khas dan tidak
pernah luntur, Rasulullah berbicara kepada ‘Â`isyah:
“Amma ba’d. Wahai ‘Â`isyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku tentangmu
begini dan begitu. Jika kamu bebas (tidak melakukannya), maka Allah
akan membebaskanmu, dan jika kamu pernah melakukan dosa maka mohonlah
ampun kepada Allah dan tobatlah kepada-Nya.”
Sampai akhirnya Allah menurunkan kabar melalui surahAn Nuur ayat 11,
yang membuat tenang dan gembira hati Nabi, ‘Âisyah dan kaum Muslim
semuanya.
Bagaimana mungkin Allah SWT tidak melaknat para istri yang tidak mau
melayani suami nya dengan baik, jika sang suami memiliki sifat yang
sebegitu baiknya terhadap istri mereka. Dimulai dari sekarang para suami
harus belajar memperlakukan istri dengan baik, sebagaimana yang telah
dilakukan rasulullah terhadap istri tersebut. Jika suami sudah melakukan
hal-hal tersebut sang istri pun pasti akan lebih bersikap baik dan
manis kepada suami mereka. Semoga artikel ini dapat menginspirasi para
pembacanya dan Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dalam rumah
tangga para mukminin agar selalu utuh dan harmonis. Amin (ummi-online)